KECEWA
Mataku mengerjap
Kulihat sekelilingku gelap
Kupejamkan kembali
Tapi tetap tak ada secercah sinar pun di sini
Hatiku bergemuruh
Sudah remuk dan tak utuh
Air mata ku jatuh
Aku bukan manusia tangguh
Ku melangkah namun tak berarah
Ingin marah tetapi hanya bisa pasrah
Terserah kau jika ingin menyebut aku serakah!
Lagipula aku menyerah!
Aku sudah kalah!
Hatiku nyeri…
Bagai ditusuk beribu duri
Mengapa kau tidak pergi?
Jangan menunggu hingga ku benci.
Dan biarkan saja aku sendiri
//////
Navigasi
Kicaumu bak belati
Tajam, menusuk hingga ulu hati
Sedikit namun berarti
Karena itulah amarahku menjadi benci
Satu, dua, tiga kali…
Setelahnya aku harus pergi.
Karena mawar ku t’lah layu
Dan tertinggal tangkai berdebu
Namun, kemana aku kan pergi?
Haruskah aku ikuti cahaya menara api?
Karena sesungguhnya aku hanyalah biduk kecil yang tak pernah menepi
Terombang ambing ombak dan berteriak
Terhempas karang lalu mengerang
Dan begitu seterusnya.
Sampai mercusuar itu kembali bercahaya.
No comments:
Post a Comment